KOTAWARINGIN BARAT, BORNEO24.COM – Ritual adat Babarasih Banua yang rutin dilaksanakan masyarakat Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) juga diikuti warga dan wisatawan mancanegara, Rabu (16/10/2019).
Rombongan peserta terdiri dari damang dan tokoh adat mulai menyusuri Sungai Kumai dengan membawa 7 buah balai (miniatur istana), ancak yaitu tempat meletakkan 40 macam kue tradisional serta miniatur kapal yang diletakkan ayam hitam.
Miniatur kapal ini dilepaskan ke muara sungai. Dipimpin Damang Adat, Hermansyah merupakan juriat HM Idris, leluhur masyarakat Kumai yang pertama kali menggelar prosesi ini, rombongan bergerak menuju persinggahan pertama yaitu Sungai Nyirih.
Selain membawa membawa balai dan ancak, dalam prosesi ini juga dibawa seekor kambing warna hitam untuk dikorbankan.
Dalam perjalanan menuju lokasi tempat meletakkan ancak di Sungai Nyirih, Sungai Tendang, Sungai Cempaka, Sungai Panggung Laut, Sungai Kapitan, Sungai Sekonyer, Sungai Pasir Panjang, saat peletakan di iringi musik dan penari di atas kapal yang melantunkan pantun diiringi musik dan penari tradisional.
Rombongan di dalam kapal sesekali melemparkan ketupat kecil dan air bungkusan yang berisi pewarna makanan kepada rombongan kapal lainnya dan masyarakat yang menonton di pinggir sungai.
Walau kadang air bungkusan yang dilemparkan membuat basah badan yang terkena lemparan, tidak ada rasa kemarahan yang ditunjukkan.
Sambil tertawa mereka kemudian membalas lemparan yang serupa hingga terjadi perang air bungkusan.
Demang Kepala Adat Hermansyah mengatakan tradisi ini merupakan wujud sikap berserah diri pada Tuhan.
“Apapun yang terjadi di dunia ini sepenuhnya atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa,” ungkapnya.