Kotawaringin Barat, Borneo24.com – Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Ini merupakan peribahasa yang tepat untuk menggambarkan budaya yang ada di Bumi Marunting Batu Aji.
Salah satunya yakni ritual adat memandikan meriam beranak yang berada di Astana Alnursari, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat.
Tradisi ritual adat memandikan meriam beranak ini sudah dilakukan oleh masyarakat sejak ratusan tahun silam. Biasanya dilakukan saat memasuki kemarau panjang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Tengku Ali Syahbana mengatakan, sejatinya Kotawaringin Barat saat ini belum memasuki musim kemarau, namun mulai muncul Karhutla.
Ditambah, belakangan kerap terjadi cuaca panas membuat titik api bermunculan di berbagai wilayah.
“Ada dua tradisi yakni memadikan meriam beranak di Astana Alnursari Kecamatan Kotawaringin Lama dan pemasangan anak di Kilometer 12 yang terjadi kebakaran lahan pada Jumat sore. Ini merupakan bagian ikhtiar dari masyarakat untuk bermohon diri agar segera diturunkan hujan,” tuturnya
Sebelumnya, lanjut Tengku, Pemkab Kobar sendiri sudah menggelar salat Istiqo di halaman Pemkab Kobar beberapa waktu lalu. Hal itu semua dilakukan sebagai upaya memohon kepada Yang Maha Kuasa agar Kobar segara turun hujan dan semua titik api hilang.
“Alhamdulillah setelah semua itu dilakukan, hujan sudah mulai turun dan kabut asap menghilang. Ikhtiar yang dilakukan semata-mata Kobar tidak terjadi Karhutla,” terangnya. (***)