Jakarta, Borneo24.com – Jahe adalah sejenis tanaman rimpang yang biasa digunakan sebagai bumbu dapur dan obat-obatan tradisional. Jahe memiliki rasa pedas dan aroma khas yang menyegarkan sehingga sering digunakan untuk menambahkan rasa pada makanan dan minuman.
Di Indonesia, jahe yang biasa digunakan tidak hanya jahe yang berwarna putih kekuningan, tetapi juga jahe yang berwarna merah. Meskipun mirip dan kegunaannya hampir sama, berikut ini perbedaan jahe merah dan jahe biasa yang perlu kamu ketahui.
Perbedaan jahe merah dan jahe biasa
Jahe merah dan jahe biasa sebenarnya adalah jenis yang sama, yaitu jahe (Zingiber officinale). Perbedaan utama jahe merah dan jahe biasa adalah pada warna dan rasa.
Secara sekilas jahe merah agak mirip dengan lengkuas merah (Alpinia purpurata), tetapi keduanya adalah tanaman yang berbeda.
Jahe merah memiliki warna merah kecokelatan pada bagian dalamnya dan kulit luar yang lebih tipis dibandingkan dengan jahe biasa yang memiliki warna kuning kecokelatan pada bagian dalamnya.
Selain itu, jahe merah juga memiliki rasa yang lebih pedas dan lebih kuat aroma khasnya daripada jahe biasa.
Jahe merah biasanya digunakan dalam masakan dan minuman tradisional di Indonesia, khususnya pada masakan khas Jawa, seperti wedang jahe. Sementara itu, jahe biasa lebih umum digunakan sebagai bumbu dapur pada masakan Asia dan juga sebagai bahan obat tradisional.
Meskipun demikian, kedua jenis jahe memiliki manfaat kesehatan yang serupa, seperti membantu meredakan mual dan muntah, mengurangi peradangan, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Khasiat jahe merah dan jahe biasa
Jahe merah dan jahe biasa sebenarnya memiliki manfaat kesehatan yang sama karena keduanya berasal dari jenis tanaman yang sama, yaitu jahe (Zingiber officinale). Berikut ini khasiat jahe.
1. Mengandung gingerol untuk obat
Jahe telah digunakan untuk membantu pencernaan, mengurangi mual, dan membantu melawan flu dan pilek, untuk menyebutkan beberapa manfaatnya.
Aroma dan rasa jahe yang unik berasal dari minyak alaminya, yaitu gingerol. Gingerol adalah senyawa bioaktif utama dalam jahe. Gingerol berperan atas banyaknya kandungan obat dalam jahe.
Menurut pe nelitian, gingerol memiliki efek antikanker, antiinflamasi dan antioksidan yang kuat. Misalnya, gingerol dapat membantu mengurangi stres oksidatif yang merupakan hasil dari kelebihan radikal bebas dalam tubuh.
2. Dapat mengatasi mual
Jahe dapat membantu meredakan mual dan muntah pada orang yang menjalani beberapa jenis operasi. Jahe juga dapat membantu mengatasi mual yang disebabkan oleh efek samping dari obat kemoterapi meskipun masih diperlukan penelitian yang lebih besar.
Jahe efektif dalam mengatasi mual yang terkait dengan kehamilan, seperti mual pada pagi hari. Menurut sebuah tinjauan 12 studi yang melibatkan total 1.278 wanita hamil, 1,1-1,5 gram jahe dapat secara signifikan mengurangi gejala mual.
Meskipun jahe dianggap aman, konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi dalam jumlah besar jika sedang hamil. Disarankan bagi wanita hamil yang mendekati persalinan atau yang pernah mengalami keguguran untuk menghindari jahe. Jahe dikontraindikasikan pada riwayat pendarahan vagina dan gangguan pembekuan darah.
3. Menurunkan berat badan
Menurut studi pada hewan dan manusia, jahe dapat membantu menurunkan berat badan. Kemampuan jahe untuk mempengaruhi penurunan berat badan mungkin terkait dengan mekanisme tertentu, seperti potensinya untuk membantu meningkatkan pembakaran kalori atau mengurangi peradangan.
4. Mengurangi gejala osteoarthritis
Ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa jahe efektif dalam mengurangi gejala radang sendi atau osteoarthritis, terutama osteoarthritis lutut. Osteoarthritis adalah masalah kesehatan yang umum, yaitu degenerasi sendi di tubuh yang menyebabkan gejala seperti nyeri sendi dan kekakuan. Sebuah tinjauan literatur menemukan bahwa orang yang menggunakan jahe untuk mengobati osteoarthritis mengalami pengurangan nyeri dan cacat yang signifikan.
5. Menurunkan kadar gula darah
Jahe telah terbukti dapat menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan berbagai faktor risiko penyakit jantung pada orang dengan diabetes tipe-2.
Bidang penelitian ini relatif baru, tetapi jahe dapat memiliki sifat antidiabetes yang kuat. Namun, perlu diingat bahwa ini hanya satu studi kecil. Tetap perlu dikonfirmasi dalam studi yang lebih besar sebelum dapat membuat rekomendasi apa pun.
Tinjauan literatur tahun 2019 juga menyimpulkan bahwa jahe secara signifikan menurunkan HbA1c pada orang dengan diabetes tipe-2. Namun, tinjauan literatur tersebut juga menemukan bahwa jahe tidak memiliki efek pada kadar gula darah puasa.
6. Membantu mengobati gangguan pencernaan kronis
Gangguan pencernaan kronis ditandai dengan rasa sakit dan tidak nyaman yang berulang di bagian atas perut. Diketahui bahwa keterlambatan pengosongan lambung merupakan salah satu penyebab utama gangguan pencernaan.
Menariknya, jahe telah terbukti dapat mempercepat pengosongan lambung. Ini dapat bermanfaat bagi orang dengan gangguan pencernaan dan ketidaknyamanan yang terkait dengan lambung.