Jakarta, Borneo24.com – Presiden RI Joko Widodo meresmikan Bandungan Ciawi dan Sukamahi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini. Kedua bendungan ini merupakan bendungan kering pertama di Indonesia.
Bendungan Ciawi dan Sukamahi adalah bagian dari masterplan (rencana induk) sistem pengendalian banjir (flood control) dari hulu ke hilir.
Karena itu, fungsi Bendungan Ciawi dan Sukamahi adalah mengurangi kerentanan banjir kawasan Jakarta, seperti dikutip dari laman Ditjen Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
Bendungan Kering Pertama di Indonesia
Bendungan kering (dry dam) adalah bendungan yang dibangun untuk fungsi pengendalian banjir. Berdasarkan data Kementerian PUPR, reduksi banjir dimulai dari Bendungan Ciawi, lalu Bendungan Sukamahi, Bendungan Katulampa, Pintu Air Depok, dan Pintu Air Manggarai.
Jika tidak ada Bendungan Ciawi, debit air di Sungai Ciliwung bisa mencapai 365 meter kubik per detik. Sementara itu, jika ada bendungan, debit air turun jadi 253,25 meter kubik per detik atau sekitar 30,6 persen
Lebih lanjut, tanpa Bendungan Sukamahi, debit air Sungai Ciliwung sebesar 56,52 meter kubik per detik. Sementara itu, setelah ada bendungan, debit air menjadi 41,05 meter kubik per detik.
Di Pintu Air Manggarai, debit air menjadi 577,05 meter kubik per detik setelah ada bendungan kering ini, dengan debit air sebelumnya 655,03 meter kubik per detik atau turun 11,9 persen.
Sementara itu, di Bendungan Katulampa, debit air turun menjadi 427,84 meter kubik per detik, setelah sebelumnya 563,11 meter kubik per detik.
Calon Destinasi Wisata.
Bendungan Ciawi dan Sukamahi juga dikembangkan sebagai Taman Ekowisata atau Ecotourism Park.
“Kalau kita lihat arsitekturalnya ini sangat bagus untuk wisata, baik (Bendungan) Ciawi dan Sukamahi. Dua-duanya akan dipakai untuk wisata,” kata Presiden Jokowi, dikutip dari Detik , Selasa (27/12/2022).
Menteri PUPR M Basuki Hadimoeljono sebelumnya menuturkan, pembangunan ecotourism park memanfaatkan kawasan konservasi pada bendungan.
Basuki menuturkan, pembangunan bendungan ini juga menjadi bagian pengembangan ekowisata kawasan Puncak Bogor. Caranya yakni lewat pemanfaatan potensi sumber daya alam setempat dan mengedepankan perlindungan ekosistem.
Ia mencontohkan, konsep Taman Ekowisata Bendungan Sukamahi juga memanfaatkan area sabuk hijau atau greenbelt sebagai forest conservation park atau hutan konservasi. Fungsi utamanya nanti menjaga kelestarian dan keberlangsungan tumbuhan khas setempat.
“Manfaatkan tanah yang masih ada di sekitar bendungan untuk konservasi dengan ditanami pohon-pohon buah seperti alpukat, manggis, aren, juga pohon bambu. Menanamnya dilakukan dengan benar, ada tujuannya, misal bambu sebagai pagar pembatas tanah,” tambah Basuki, dikutip dari laman Ditjen SDA Kementerian PUPR.
Ada Wisata Petik Buah hingga Penginapan
Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyako menuturkan, beberapa fasilitas pendukung di Bendungan Sukamahi sebagai tempat wisata premium antara lain rumah kaca (greenhouse), taman, tempat ibadah, dan penginapan.
Ia menambahkan, di Bendungan Sukamahi juga terdapat area tanaman hidroponik dan area kegiatan pariwisata yang memanfaatkan area pembuangan.
Saat ini, sambungnya, bibit melon premium, ginseng, stroberi ditanam agar bisa dipetik langsung pengunjung saat musim panen. Ada juga buah langka yang berukuran jumbo seperti alpukat aligator, sawo sapote yang beratnya bisa 1 kg lebih, dan anggur Brasil.
“(Pengunjung) bisa menikmati udara yang segar, badan sehat, paru-paru bersih, dan bisa berpariwisata dengan keluarga yang tidak terlalu jauh dari Jakarta,” tuturnya. (***)