Sesar Lembang di Jawa Barat, Ini Menurut BMKG

oleh
Ilustrasi Gambar.

Jakarta, Borneo24.com – Sesar Lembang merupakan salah satu sesar aktif di Jawa Barat. Lokasi jalur sesar ini terletak sekitar 10 km arah utara Kota Bandung dengan panjang sesar diperkirakan sekitar 25-30 km, berarah barat-timur. Lalu, bagaimana potensi gempa besar di Sesar Lembang ini?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono mengatakan BMKG telah melakukan pengamatan terhadap Sesar Lembang ini sejak tahun 1963.

“Jadi, BMKG itu sudah pernah memasang alat ya pada tahun 1963, tanggal 1 Januari. Kami mengoperasikan Seismograph WWSSN (World Wide Standardized Seismograph Network) pertama kali di Lembang. Jenis seismograf ini adalah Benioff Short Period 3 Komponen dan Sprengneter Long Period 3 Komponen. Memang untuk lokal earthquake ya,” kata Daryono di kutik dari okenews

“BMKG itu sudah menganalisa terkait sesar lembang sejak dulu. Kita harus maklum bahwa dulu belum ada sistem digital dan network sehingga kita dalam mengoperasionalkan analisis gempa itu secara analog. Dan masuk ke dunia digital itu 1990,” jelas Daryono.

Daryono juga mengatakan hasil kajian para ahli menunjukkan bahwa sesar aktif ini memiliki magnitudo tertarget 6,8. “Jadi ya cukup lumayan, kalau dibandingkan Jogja dulu 6,4 dan 6,8 tentu lebih besar lagi dampaknya,” ungkapnya.

Kemudian, Daryono mengungkapkan jika pada bulan Maret hingga Desember 2020 tidak ada aktivitas kegempaan di Sesar Lembang. “Data yang saya amati, pada bulan Maret hingga Desember 2020, data terbaru sekali ya. Nampaknya tidak muncul satupun dalam periode itu. Tapi yang pasti setahun penuh itu tidak menangkap satu gempa pun. Padahal kita sudah bagus jaringannya. Bahwa sesar lembang sebenarnya cukup berjalan lama ya dalam memproduksi gempa itu,” katanya.

Sebelumnya, kata Daryono, memang gempa di Sesar Lembang ini terbukti ada. “Jadi, pada tahun 2015, 2017, 2018, itu ada monitoring sesar lembang. Dan ternyata memang ada fenomena menarik ketika alat portabel seismograf dipasang di beberapa titik, memang gempa di sesar lembang itu memang terbukti ada. Dan pada tahun 2011 ada gempa yang destruktif itu kekuatan 3,3 magnitudo,” katanya.

“Memang sesar lembang itu terbukti aktif. Dan gempanya juga normal seperti sesar-sesar biasanya ya. Kalau kita kedepan mengandalkan sensor BMKG maka akan lebih banyak lagi yang akan kita catat,” ungkap Daryono.

Daryono pun mengungkapkan beberapa kali gempa yang pernah dirasakan dan merusak di Sesar Lembang. “Jadi, di Lembang itu pernah terjadi gempa merusak pada tanggal 11 Juli 2003. Kekuatan gempa itu magnitudonya 4,2. Dimana gempa itu merusak di Desa Cihideung, Parongpong, Bandung Barat.

Guncangan terasa di Cigadung, Bojong Koneng serta di sekitar jalan Surapati di Bandung, jalan Suci hingga Cicaheum. Kalau kita melihat itu gempa terjadi di Segmen Cihideung,” katanya.

Kemudian, kata Daryono, gempa di Lembang pada 22 Juli 2011 dengan kekuatannya magnitudo 3,4. “Gempa ini pagi terjadi. Dirasakan di Bojongkoneng, Ujungberung, dan Pasir Impun, Kota Bandung dalam skala intensitas II-III MMI. Paling merusak dan dirasakan di Ujungberung.”

Selain itu, Daryono mengatakan ada gempa di Lembang yang paling merusak itu terjadi pada 28 Agustus 2011. “Kekuatannya 3,3 magnitudo tapi merusak 103 rumah di Kp Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kec. Cisarua, Bandung Barat,” ungkapnya.

Sementara itu, ketika ditanya mengenai potensi gempa besar akan terjadi pada tahu 2021 di Sesar Lembang? Daryono menegaskan bahwa informasi itu hanya salah paham. “Itu sebenarnya salah paham. Bahwa, Kepala BMKG Bandung itu tidak pernah menyatakan akan gempa pada tahun 2021 di Sesar Lembang.”

“Nah, yang saat itu berbicara terkait aktivitas kegempaan namun tidak berbicara terkait aktivitas gempa di Lembang pada tahun 2021. Tidak benar bahwa tahun 2021 akan rilis terjadi gempa di sesar Lembang. Tidak benar,” tegas Daryono.

Namun, Daryono menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada sains dan teknologi yang dapat memprediksi gempa, bahkan negara dengan penelitian yang maju sekalipun.

“Jadi, kita itu belum ada sains dan teknologi yang dapat memprediksi gempa. Negara-negara yang risetnya maju pun belum mempunyai metode yang establish yang didedikasikaan untuk meramal gempa. Itu semua belum ada.”

“Kalaupun ada, mereka sudah menggunakan untuk menyelamatkan. Nyatanya negara Jepang, China, Amerika, Turki, Italia, juga New Zealand, gempa terjadi juga kadang menimbulkan korban. Sehingga, tidak ada orang yang bisa memprediksi gempa,” ungkap Daryono. (***)

No More Posts Available.

No more pages to load.