Banjarmasin, Borneo24.com – Dampak cukup kompleks dirasakan warga yang menjadi korban banjir di Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel). Di antaranya sumber air untuk kebutuhan keseharian menjadi terbatas.
Sekadar untuk mandi pun sulit karena air sungai maupun air sumur gali atau di kolam menjadi kotor. Kondisi itu antara lain dialami warga Desa Padanuas, Kecamatan Kurau. Setelah mereka pulang dari pengungsian menyusul telah terbebasnya rumah dari kubangan banjir, persoalan air bersih langsung mendera.
Namun persoalan tersebut secara cepat langsung direspons PDAM setempat. Tiap hari air bersih disalurkan secara cuma-cuma kepada para korban banjir.
Pantauan banjarmasinpost.co.id sejak Kamis hingga Jumat (22/1/2021), warga sangat antusias.
Masing-masing tertib dan sabar menanti kedatangan mobil tangki PDAM yang bergerak secara mobile.
“Sudah semingguan ini kami setiap hari mendistribusikan air bersih untuk warga di Kurau,” ucap Rafi’i Hamdi, petugas PDAM di Kurau.
Ia menuturkan sejak pagi pukul 08.00 Wita dirinya hilir mudik keluar masuk kampung menistribusikan air bersih.
Layanan itu selesai tiap pukul 17.00 Wita.
Kapasitas tangki air bersih yang diangkutnya sebanyak 500 liter.
Dalam sehari hingga empat kali mengisi tangkinya di instalasi pengolahan air milik PDAM di Desa Padangluas, Kecamatan Kurau.
Berapa desa yang dilayani? “Semuanya yang ada di Kecamatan Kurau, 12 desa,” sebut Rafi’i. Penyaluran air bersih tersebut mendapat animo tinggi warga Kecamatan Kurau. Apalagi di tengah kondisi kesulitan mendapatkan air bersih sejak terjadinya musibah banjar hingga pasca banjir saat ini.
“Alhamdulilah sangat membantu kami adanya penyaluran air bersih PDAM ini,” ucap Salafiah, warga RT 4 Desa Padangluas. Rumah yang dihuninya saat ini telah terbebas dari genangan air.
Namun lantai teras apalagi halaman, masih kebanjiran meski hanya sekitar belasan sentimeter. Ia menuturkan permasalahan utama yang dihadapi saat dan setelah banjir adalah air bersih.
“Air di mana-mana kotor, tak bisa untuk mandi,” sebutnya.
Dikatakannya, saat banjir dalam beberapa hari lalu, septic tank di rumahnya pun penuh air. Buang air kecil/besar terpaksa numpang di kantor desa. Kebetulan rumah Salfiah bersebelahan dengan kantor desa setempat yang letaknya tinggi sehingga terbebas dari banjir. (***)
Discussion about this post