Program Peralihan BBM-BBG untuk Nelayan Kecil Masih Berlanjut

oleh
oleh
Ilustrasi Gambar

Kalimantan Utara, Borneo24.com – Tidak terdampak dari pemangkasan anggaran selama pandemi pandemi Covid-19 saat ini. Program peralihan bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) bagi nelayan kecil oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI dipastikan akan terus berlanjut.

Bahkan, berdasarkan hasil rapat koordinasi (rakor) di tingkat pusat bersama kabupaten/kota di Indonesia. Program tersebut akan segera direalisasikan di lapangan. Kabupaten Bulungan menjadi daerah yang berturut-turut mendapatkan kuota peralihan BBM-BBG. Yaitu dijadwalkan untuk pendistribusiannya pada 12 Oktober – 1 November mendatang.

Akan tetapi, sebelum proses pendistribusian dilaksanakan, tim Kementerian ESDM RI akan terlebih dahulu melakukan peninjauan ke lapangan. Tujuannya, yaitu untuk melihat secara langsung situasi dan kondisi daerah. Mengingat, saat ini masih di suasana pandemi, maka tim itu akan memastikan teknis pendistribusiannya agar mencegah terjadinya klaster baru Covid-19 ini.

Sementara, Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Bulungan selaku organisasi perangkat daerah (OPD) yang membantu memfasilitasi selama jalannya pendistribusian mesin BBG ke nelayan kecil tak menampik bahwa program Kementerian ESDM RI itu jelas memberikan dampak baik bagi nelayan kecil di Bumi Tenguyun ini. Hal ini seperti dikatakan oleh Sekretaris Dinas Perikanan (Diskan) Bulungan, Hj. Hadijah dalam wawancaranya kepada Radar Kaltara, Minggu (25/10).

Dikatakannya, ia yang saat itu secara langsung ikut serta dalam rapat koordinasi (rakor) di pusat bersama Kementerian ESDM RI mengaku cukup puas dari hasil rakor tersebut. Pasalnya, selama ini memang dampak pandemi Covid-19 membuat sebagian program menjadi tak berjalan. Sebab, anggaran dari program itu dialihkan untuk penanganan selama masa pandemi.

“Dari rakor itu sudah diputuskan bahwa daerah ini salah satunya tetap mendapatkan program peralihan BBM-BBG. Bahkan, jumlahnya jauh lebih banyak hingga dua kali lipat dibandingkan saat program itu pertama kali turun di daerah ini,” jelasnya.

Namun, saat ini yang perlu pihaknya persiapkan sebelum pelaksanaan yaitu dengan mendampingi Tim Kementerian ESDM RI saat turun ke lapangan. Yakni, dengan memberikan gambaran penjelasan wilayah secara langsung agar proses pendistribusian tidak terjadi penumpukan pada satu titik.

“Tapi, sebelumnya sudah ada kami beri gambaran. Hanya, memang sebagaimana tugas mereka yaitu untuk tetap memastikan secara langsung. Sehingga kami pun harus siap untuk membantu memfasilitasi. Termasuk, dalam jalannya sosialisasi kepada nelayan kecil sebelum mesin BBG itu ada di tangan mereka,” jelasnya.

Saat ini cakupan pendistribusian ada pada tujuh wilayah atau kecamatan. Maka, titik pendistribusiannya bisa saja lebih dari dua ataupun tiga lokasi. “Ini sama seperti tahun lalu, pendistribusian ada di beberapa titik. Misal, pada nelayan kecil di Kecamatan Bunyu. Maka, tidak mungkin mereka harus merapat ke Tanjung Selor dengan membawa perahu dan mesin ketintingnya,” ujarnya.

“Untuk saat ini kemungkinan jumlahnya titik pendistribusiannya akan jauh lebih banyak. Sebab, cakupannya pun lebih luas. Dari empat kecamatan menjadi tujuh kecamatan di daerah,” sambungnya.

Dalam proses pendistribusiannya nanti pun dimungkinkan akan sedikit mengatur jadwal setiap nelayan. Sehingga tidak sampai terjadi penumpukan massa yang begitu banyak saat di lokasi pendistribusiannya. “Tapi, nanti ini akan lebih jauh dari pihak Tim Kementerian ESDM RI. Kami tentu sebagai salah satu OPD akan terus berusaha maksimal dalam membantu memfasilitasinya,” ucapnya.

Mengenai syarat nelayan kecil mendapatkan program peralihan BBM-BBG, pihaknya menuturkan bahwa syarat yang ada sama seperti pada tahun sebelumnya. Yaitu, nelayan kecil harus ada bukti fisik dari perahu dan mesin ketintingnya. Selain, itu nelayan kecil harus benar terdaftar sebagai anggota nelayan. Hal ini dibuktikan dengan adanya kartu pelaku usaha kelautan dan perikanan (Kusuka). “Di sini kami memastikan dari ribuan nelayan kecil yang bakal mendapatkan mesin BBG itu sudah memenuhi syarat itu semua. Karena pada saat diusulkan semua syarat itu sudah dicantumkan. Termasuk, adanya proses verifikasi dari pusat mengenai syarat penerimanya,” bebernya.

Sebelumnya, Kepala Diskan Bulungan, Ir. Masri mengungkapkan, program peralihan BBM-BBG itu memang menjadi sebuah harapan nelayan kecil di Bumi Tenguyun ini. Mengingat, program serupa sudah pernah berjalan dan cukup banyak memberikan manfaat bagi para nelayan kecil. “Kami terus mengikuti apa yang menjadi sebuah tahapannya,” ungkapnya kepada pewarta saat itu.

Di sisi lain, pihaknya menjelaskan bahwa teknis bantuan ini sumbernya dari pusat secara langsung. Oleh karenanya, pihaknya sekalipun sebagai kepala OPD tak dapat mengintervensi lebih jauh. Sebab, semua keputusan dari program itu apakah berjalan dan tidaknya ada pada pusat. “Kami di sini sekadar mengikuti kebijakan itu. Bukan pada porsi mengambil sebuah keputusan,” jelasnya.

Namun, tambahnya, dari Dirjen Migas, Kementerian ESDM RI telah memberi ‘lampu hijau’ terhadap usulan daerah dari program peralihan BBM-BBG bagi nelayan kecil. Di Kabupaten Bulungan ada sebanyak 1.315 nelayan kecil yang bakal menerima program peralihan bahan bakar itu pasca dinyatakan lolos verifikasi.

“Jadi data itu yang akan menerima jika sesuai dengan hasil yang lolos verifikasi sebelumnya,” tuturnya mengakhiri.

Peralihan BBM ke BBG, nelayan kecil yang menggunakan mesin ketinting dengan BBM setiap harinya harus menyediakan setidaknya 30 sampai 40 liter liter minyak jenis bensin untuk menunjang aktivitasnya selama di laut. Dengan beralihnya mesin ketinting ke BBG, aktivitas nelayan akan jauh lebih efisien sekaligus hemat bahan bakarnya. Pasalnya, jika dibandingkan antara BBG dengan BBM. Yakni, ibarat satu tabung Liquid Petroleum Gas  (LPG), itu setara dengan 25 liter BBM. (***)

No More Posts Available.

No more pages to load.