(PREBUNKING) Waspada Jika Menerima Karya Deepfake Rawan Hoaks,Ini Cirinya

Feb 20, 2024 - 19:31
 0  44
(PREBUNKING) Waspada Jika Menerima Karya Deepfake Rawan Hoaks,Ini Cirinya
Ilustrasi Deepfake

Kotawaringin Barat,Borneo24-Kemajuan teknologi memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Pada sisi lain, penemuan-penemuan baru bisa juga membawa sisi negatif, tentu saja jika tak diiringi dengan literasi atau pengetahuan terkait pengaplikasian teknologi itu sendiri.

Ada satu di antara penemuan luar biasa dalam dunia penerapan teknologi, yakni Deepfake. Model ini sudah menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir, karena mudah digunakan pada banyak hal.

Namun, jangan salah, selalu ada pihak yang menggunakan pengembangan teknologi deepfake ini untuk membuat sesuatu yang menyesatkan serta merugikan masyarakat. Oleh karena itu, penyalahgunaan deepfake di ruang digital menjadi satu di antara medium penyebaran hoaks.

Deepfake adalah konten berupa gambar, audio, dan video realistis yang dibuat dengan algoritma kecerdasan buatan atau AI. Di kalangan masyarakat awam, sangat sulit membedakan membedakan konten deepfake dengan konten asli.

Walhasil, kesulitan ini dapat menimbulkan dampak yang serius terutama berkaitan dengan penyebaran disinformasi, misinformasi dan atau mal-informasi. Jadi, masyarakat harus benar-benar waspada dan teliti jika mendapatkan beragam konten yang terindikasi menggunakan terapan tekonologi deepfake.

Project Manager Deepfake Rapid Response, Shirin Anlen, mengungkap, teknologi deepfake rentan dimanfaatkan untuk melakukan kejahatan di ruang digital. Sekarang, deepfake yang berkembang semakin sulit terdeteksi dengan panca-indera.

Semakin sulit terdeteksi jika deepfake berbentuk audio karena sangat mudah dibuat. Deepfake seringkali disalahgunakan untuk hal-hal yang jahat, khususnya di masa pemilu dan pemilihan kepala daerah.

Kurangnya literasi media, terutama di kalangan lansia, memperkuat ancaman penyebaran informasi yang dihasilkan dari teknologi deepfake. Dan ini layak diwaspadai di momen seperti pemilu dan pilkada pada akhir tahun 2024.

"Karena orang yang tidak terbiasa, misalnya di platform X (Twitter) atau TikTok. Mereka tidak punya kemampuan untuk menyaring atau membedakan konten palsu," kata Anlen.

Meski tergolong sulit, bukan berarti deepfake tak memiliki kelemahan. Cara termudah untuk membedakan konten yang dicurigai sebagai deepfake adalah dengan memperhatikan kualitas dan konteks dari konten tersebut.

Kalau kualitas rekamannya buruk, biasanya bisa langsung mengenali kalau itu deepfake. Lalu, perhatikan juga konteksnya, masuk akal atau tidak. Secara personal misalnya, publik akan tahu orang tersebut gaya bicaranya seperti apa.

Jika mendapati konten dengan kualitas buruk, misalnya dari kebisingan latar belakang, kejanggalan dari raut wajah, kemungkinan besar adalah deepfake. Selain itu, konten yang mencurigakan atau terindikasi sebagai deepfake umumnya mengandung informasi yang tidak konsisten.

Anlen mengingatkan untuk selalu memeriksa sumber konten. Gunakan kanal-kanal cek fakta dari otoritas dan media-media terpercaya untuk memverifikasi kebenaran informasi yang diterima.