Jakarta, Borneo24.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) secara bertahap akan memenuhi kebutuhan USG dan antropometri di semua Puskesmas dan Posyandu di Indonesia. Hal itu, bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan stunting pada anak.
“Kemenkes berkomitmen untuk memprioritaskan ketersediaan layanan esensial bagi ibu dan anak,” ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Maria Endang Sumiwi seperti yang dikutip Senin (26/12/2022).
Hingga akhir 2022, sebanyak 66 persen Puskesmas akan tersedia USG dan pelatihan dokter terpenuhi di 42 persen Puskesmas. Total kebutuhan USG sebanyak 10.321 dari jumlah puskesmas 10.321.
Kemenkes menargetkan semua Puskesmas memiliki USG pada 2024. Pada 2021 sebanyak 2.470 Puskesmas memiliki USG, tahun 2022 sebanyak 4.416 Puskesmas. Sedangkan 2023 ditargetkan 1.943 Puskesmas dan 2024 sebanyak 1.492 Puskesmas.
Dengan demikian pemenuhan USG pada 2022 tersedia di 6.886 puskesmas (66,7 persen). Kemudian dokter terlatih telah tersedia di 4.392 Puskesmas (42,5 persen).
Pelatihan dokter akan dilanjutkan pada 2023, dijadwalkan sebelum Maret 2023 sesuai pencairan anggaran. Monitoring per provinsi dari 66 persen Puskesmas yang sudah mempunyai alat USG untuk pemeriksaan kehamilan.
Antara lain dua provinsi mencapai lebih dari 90 persen Puskesmasnya sudah memiliki USG, 24 provinsi mencapai 50-90 persen Puskesmas yang memiliki USG, dan delapan provinsi di bawah 50 persen.
Selain USG, Kemenkes akan memenuhi kebutuhan antropometri di semua Posyandu. Total kebutuhan antropometri kit sebanyak 313.737 dari jumlah Posyandu 303.416.
Kemenkes juga menargetkan pada 2024 semua Posyandu memiliki antropometri. Pada 2022 sebanyak 33,9 persen Posyandu akan tersedia antropometri kit. Sedangkan 2019 baru 25.177 Puskesmas memiliki antropometri kit.
Kemudian 2020 sebanyak 1.823 Posyandu, pada 2021 sebanyak 16.936 Posyandu, Selanjutnya 2022 berjumlah 34.256 Posyandu, pada 2023 ditargetkan berjumlah 127.033 Posyandu, dan 2024 ditargetkan mencapai 81.512 Posyandu yang memiliki antropometri.
Pada 2022, antropometri kit akan tersedia di 102.853 posyandu (33,9 perseb). Pelatihan pemantauan pertumbuhan dilakukan dengan melibatkan tenaga terlatih dari Puskesmas.
Salah satu agenda utama SDGs adalah menurunkan angka kematian ibu dan kematian Balita. Penyediaan pemeriksaan antenatal berkualitas tinggi dan teratur selama kehamilan akan menentukan status kesehatan ibu hamil dan anak-anak.
Dalam rangka percepatan penurunan angka kematian ibu dan prevalensi Balita stunting salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil.
Hingga saat ini, diperkirakan AKI dan stunting belum mencapai target yang ditentukan yaitu 183 per 100.000 kelahiran hidup (KH) di tahun 2024. Saat ini masih 305 per 100.000 KH. Demikian juga dengan perkiraan prevalensi Balita stunting yang saat ini 24,4 persen masih jauh dari target 14 persen pada 2024. (***)