Jakarta, Borneo24.com – Asian Development Bank (ADB) menyatakan Asia berkontribusi sekitar 20 persen dalam penerbitan surat utang (obligasi) berbasis ramah lingkungan di dunia pada 2020. Hal ini khususnya dilakukan oleh sektor swasta.
“Pembiayaan ramah lingkungan di sektor swasta tumbuh pesat secara kawasan dan global. Asia berkontribusi kepada 20 persen dari penerbitan obligasi ramah lingkungan global,” ungkap Ekonom ADB Grace Tian dalam Webinar, Rabu (28/4).
Selain itu, obligasi berbasis sosial juga tumbuh setiap tahunnya. Untuk di Asia sendiri, jumlah obligasi yang diterbitkan menjadi kedua terbanyak setelah Eropa.
“Ini berarti isu-isu sosial mendapatkan banyak perhatian. Asia menjadi pasar obligasi sosial selain Eropa,” imbuh Grace.
Banyaknya sektor swasta yang menerbitkan obligasi ramah lingkungan dan sosial ini menggambarkan bahwa banyak investor yang sudah memperhatikan isu sosial dan lingkungan. Investor ingin dana yang diinvestasikan berdampak pada proyek berkelanjutan.
“Pandemi juga membentuk persepsi investor dalam hal investasi ramah lingkungan dan baik,” katanya.
Selain itu, ada pandangan yang menyebut bahwa generasi selanjutnya ingin melihat bahwa investasi yang mereka tanamkan digunakan untuk hal-hal baik. Hal ini khususnya dari segi sosial, tata kelola perusahaan, dan ramah lingkungan.
Perusahaan yang fokus pada pembiayaan ramah lingkungan dan sosial, sambung Grace, juga akan mendapatkan penilaian positif dari investor. Hal ini terbukti bahwa harga saham perusahaan tak anjlok di tengah krisis pandemi covid-19 tahun lalu.
“Saham-saham mereka lebih baik dan turunnya lebih sedikit dibandingkan yang lain,” jelas Grace.
Ia menambahkan harga saham perusahaan juga biasanya naik setelah mengumumkan akan menerbitkan obligasi hijau dan sosial. Berdasarkan catatan ADB, rata-rata harga saham perusahaan naik 0,5 persen setelah mengumumkan penerbitan obligasi.
“Akumulasinya 8 persen return setahun,” pungkas Grace. (***)