Jakarta, Borneo24.com – Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) memandang Pemulihan ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid 19 harus menjadi prioritas utama. Demikian diungkapkan Ketua Umum ICMI, Arif Satria dalam refleksi akhir tahun 2021 dan harapan ICMI pada 2022.
Menurut Arif, pemulihan ekonomi sangat diperlukan karena semakin tingginya angka kemiskinan. Untuk itu, kata dia, Pemerintah, organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, LSM, dan seluruh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) harus bersinergi, dan berkolaborasi untuk memulihkan ekonomi nasional dengan mengutamakan sumberdaya lokal.
“Peluang Indonesia bersaing di masa depan makin terbuka, ketika semua negara di dunia masih terus belajar mengenai aspek teknologi, ekonomi, pendidikan, dan lain-lain dalam menghadapi berbagai situasi pasca pandemi COVID-19. Peluang ini bisa diraih dengan guyub-nya para cendekia yang mengutamakan gagasan inovatif,” kata Arif dalam keterangannya, Minggu (2/1).
Menurut Arif, Inovasi adalah kunci pemulihan ekonomi pasca pandemi. “Sejarah membuktikan bahwa inovasi-inovasi disruptif muncul di saat krisis, sebagaimana terjadi pada Perang Dunia II dengan munculnya mesin jet, komputer, dan radar yang telah mengubah dunia,” katanya.
Oleh karena itu, menurutnya, saatnya para cendikia Indonesia untuk terus berikhtiar menemukan dan mengembangkan inovasi-inovasi baru yang dapat menjadi penentu kecenderungan global. Kita harus optimis dan percaya diri untuk bisa mewujudkan hal tersebut.
“Inovasi dirgantara yang dirintis oleh pendiri ICMI Bapak BJ Habibie membuktikan bahwa Indonesia bisa. Mestinya inovasi tersebut dapat menjadi penyemangat bagi tumbuhnya inovasi-inovasi di sektor strategis lainnya,” katanya.
Dia menambahkan, setiap krisis membuktikan bahwa sektor agromaritim adalah sektor yang tahan banting dan menjadi penyelamat ekonomi nasional, termasuk dalam masa pandemi covid-19 ini. ICMI, kata dia, berpandangan bahwa pandemi ini merupakan momentum untuk semakin memperkuat sektor agromaritim untuk kemandirian pangan.
“Data menunjukkan bahwa desa-desa Indonesia masih didominasi sektor pertanian (86 Persen) dan masih menjadi kantong kemiskinan. Masih ada 25,5 persen desa yang tertinggal dan sangat tertinggal,” katanya.
Dengan adanya komitmen untuk memperkuat sektor agromaritim, kata Arif, maka, Indonesia dituntut untuk semakin memperkuat desa. “Dengan demikian, inovasi-inovasi pedesaan harus terus kita dorong agar desa makin tumbuh dan maju dan sekaligus dapat mengatasi problem kemiskinan dan ketimpangan yang ada,” katanya.
ICMI berharap tahun 2022 akan lebih cerah. Kata dia, dengan strategi pemulihan ekonomi yang tepat, ekonomi diharapkan tumbuh di atas 5 persen, investasi meningkat, terbuka lapangan pekerjaan, dan menghindari PHK. Kata Arif, strategi yang harus dilakukan dengan mendistribusikan pembangunan untuk memperoleh kesempatan mendapatkan penghasilan, menerapkan sungguh-sungguh paket perekonomian yang diluncurkan pemerintah, meluncurkan kredit murah untuk usaha koperasi dan UMKM.
“Ketahanan pangan makin ditingkatkan, pengelolaan energi dan sumber daya alam dikelola untuk kemaslahatan, dan BBM serta energi disesuaikan dengan harga yang terjangkau,” katanya.
Arif mengatakan, Indonesia membuktikan ketahanannya menyongsong pengujung Tahun 2021 dengan pencapaian siginifikan dalam penanganan pandemi. Dikatakannya, dinamika sendi-sendi kehidupan, lambat laun bergerak kembali yang beradaptasi dengan kenormalan baru.
“Setelah menjalani survival mode, kita beralih ke creative mode dengan menata kembali agenda pertumbuhan dan peningkatan. Selanjutnya, kita membutuhkan penguatan sinergi dan kerjasama yang solid antara anak bangsa,” katanya.
ICMI berpandangan, pandemi Covid-19 telah mengubah tatanan kehidupan tidak saja pada tingkat lokal melainkan hingga pada tingkat global, baik di bidang ekonomi maupun sosial budaya.
“Untuk itu, ICMI mengajak seluruh komponen bangsa agar terus-menerus menggalang kekuatan ekonomi, sosial budaya yang mampu memperkuat kepedulian, dan kohesivitas sosial dalam memulihkan ekonomi berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab,” katanya.
Hal ini diperlukan, mengingat salah satu faktor suksesnya penanggulangan Covid-19 di Indonesia adalah karena kekuatan modal social kita. Solidaritas sosial dan gotong royong adalah kunci kekuatan kita menghadapi krisis pandemi.
Dia mengatakan, Pancasila sebagai ideologi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan fondasi untuk menentukan arah perjuangan bangsa. Untuk itu, ICMI mengajak seluruh komponen bangsa agar terus memperkuat niai-nilai Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
Sementara, terkait kehidupan demokrasi, mengelola perbedaan pendapat, termasuk dalam penegakan hukum, ICMI meminta agar aparat harus tetap mengedepankan kaidah-kaidah kemanusiaan, persaudaraan dan pertimbangan keutuhan bangsa dalam bingkai Pancasila.
“Mari kita hindari tindakan kekerasan dan represif yang dikuatirkan akan menimbulkan luka bangsa yang berkepanjangan,” katanya. Arif menambahkan, dalam penyusunan, pembahasan, dan evaluasi peraturan perundang undangan, baik di tingkat legislatif maupun eksekutif, sebaiknya melibatkan seluruh organisasi kemasyarakatan terkait penindakan terorisme, separatisme, intoleransi, perundungan, kekerasan seksual yang melanggar norma agama dan kesusilaan, sesuai peraturan perundang undangan dan nilai nilai spiritual yang berlaku di seluruh Indonesia. (***)